TEMPO Interaktif, Jakarta – Nurhasanah kian sibuk hari-hari ini. Editor sebuah penerbitan buku di Bandung ini kebanjiran naskah yang dikirim para penulis lewat surat elektronik. Setiap pekan, sedikitnya empat naskah harus diperiksanya. Karya sastra yang datang mayoritas berbentuk novel. Ada juga karya otobiografi, biografi, dan memoar tokoh ternama. Banjir naskah ini jelas menambah beban kerjanya.
Wanita 29 tahun ini mengaku tak sempat membaca setiap naskah tuntas satu per satu. Bayangkan, kata dia, untuk membaca novel setebal ratusan halaman dibutuhkan waktu minimal setengah hari. Padahal pekerjaannya tidak semata membaca dan memelototi naskah-naskah yang belum tentu mendapat persetujuan terbit itu. “Mengikhtisarkan atau membaca cepat adalah salah satu solusinya,” katanya Senin pekan lalu. Masalah utamanya bukan kemalasan, melainkan keterbatasan waktu membaca seluruh naskah.
Kini editor seperti Nurhasanah mestinya tidak perlu kerepotan lagi menghadapi banjir naskah. Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) telah mengembangkan peranti lunak bernama Sidobi, yang mampu meringkas berlembar-lembar dokumen menjadi suatu ikhtisar dalam tempo singkat.
Sidobi atau Sistem Ikhtisar Dokumen untuk Bahasa Indonesia adalah perangkat lunak berbasis web pertama di Indonesia untuk membuat ringkasan secara otomatis (automatic summarization). Aplikasi ini dinobatkan sebagai salah satu inovasi Indonesia buatan anak bangsa yang paling prospektif pada 2009. “Tinggal klik, ikhtisar jadi dalam sekejap,” kata pembuat Sidobi dari BPPT, Bowo Prasetyo.
Baca lebih lanjut →